Lorong yang ada di dalam gua berukuran cukup besar. Namun karena masih mengeluarkan gas, ujung gua belum bisa diketahui
Salah
seorang pemandu wisata sedang memeriksa kondisi dalam gua yang baru
saja ditemukan oleh warga. | Hari Susmayanti/Tribun Jogja
Warga yang tinggal di sekitar kompleks wisata Gua Pindul, Kamis (5/12),
digegerkan dengan penemuan gua baru di lokasi pembuatan lahan parkir
milik Paijan (54), warga Dusun Gelaran 1, Bejiharjo.
Gua yang belum diberi nama ini ditemukan saat operator backhoe,
Murdiyono sedang bekerja di bukit kapur yang berada di samping
sekretariat Pokdarwis Dewa Bejo.
Saat alat berat itu diarahkan ke tebing di sisi barat, tiba-tiba
terdengar suara bergema dari dalam bukit. Setelah bongkahan batu besar
di sisi barat dihancurkan, tiba-tiba terlihat sebuah lorong yang
dipenuhi dengan tumpukan tanah.
Murdiyono yang kaget melihat adanya lorong kemudian langsung memberi tahu pemilik lahan dan warga sekitar.
"Saya mendengar suara berbeda saat batu di bagian barat saya kepras
pakai breaker. Saya matikan mesin backhoe, dan turun untuk melihatnya.
Ternyata ada gua yang lorongnya tertutup tanah," katanya saat ditemui di
lokasi penemuan.
Kabar penemuan gua ini dengan cepat menyebar ke warga sekitar. Ratusan
warga langsung berdatangan ke lokasi untuk melihat gua yang baru saja
ditemukan. Beberapa pemandu Gua Pindul yang ikut penasaran akhirnya
masuk ke dalam gua.
Namun hanya belasan meter, warga yang masuk ke dalam gua memilih untuk
keluar lagi karena gua mengeluarkan gas yang membuat sesak napas.
Salah seorang warga yang sempat masuk ke dalam gua, Anas, mengatakan
bahwa gua belum bisa disusuri lebih dalam karena masih mengeluarkan gas.
Panjang gua diperkirakan mencapai puluhan meter dan bercabang dua arah.
Di dasar gua juga banyak batu berukuran besar yang berjajar. Sementara
itu, di tengah-tengah terdapat batu besar yang oleh warga disebut
sebagai batu geneng.
Lorong yang ada di dalam gua, yang berjarak sekitar 50 meter dari mulut
gua, berukuran cukup besar. Luasnya seukuran lapangan badminton. Namun
karena masih mengeluarkan gas, ujung gua belum bisa diketahui.
"Di dalam sangat luas. Ada beberapa batu besar di dasar gua, stalaktit dan stalakmitnya masih hidup," katanya.
Pemilik lahan yang menjadi lokasi penemuan gua, Paijan, mengungkapkan
bahwa sejak tinggal di rumah yang saat ini ditempatinya, dia tidak
pernah mengetahui keberadaan atau cerita tentang gua yang baru
ditemukan.
"Saya tinggal di sini sejak tahun 1976, tidak pernah mengetahui sama
sekali. Kemarin memang sudah ada tanda-tanda karena ada suara bergema.
Tanah dari atas batu juga masuk ke bawah," ucapnya.
Sebelum gua ditemukan, Paijan sudah menemukan batu berbentuk seperti
tulang. Diduga, batu tersebut merupakan fosil hewan purba yang sudah
berusia ratusan tahun. Batu yang diduga fosil tersebut ditemukan
berserakan di lokasi bekas bongkaran batu yang ada di samping rumah
Paijan.
"Kemarin batunya berserakan. Bisa ditemukan karena bongkarnya pakai cara
manual. Yang ukurannya cukup besar hanya dua ini. Yang lainnya
kecil-kecil," ucapnya.
Batu yang diduga sebagai fosil tulang binatang purba itu kemudian
diserahkan kepada Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Gunung Kidul untuk
diteliti. Sementara itu, pekerjaan pembuatan lokasi parkir tetap
diteruskan hingga selesai. Adapun gua yang ditemukan baru akan
dibersihkan setelah pekerjaan pembuatan lahan parkir selesai. Untuk
sementara waktu, mulut gua diberi garis polisi.
Kepala Bidang Pengembangan Produk Wisata Dinas Kebudayaan dan
Kepariwisataan Gunung Kidul Hari Sukmono mengungkapkan, setelah
pembuatan tempat parkir selesai, dinas akan melakukan penelitian
terhadap gua yang baru saja ditemukan. Nantinya akan dilihat apakah gua
layak untuk dijadikan sebagai tempat wisata atau tidak.
"Kalau bisa dijadikan sebagai tempat wisata, akan dijadikan salah satu destinasi baru di kawasan Pindul," ucapnya.
sumber :Glori K. Wadrianto. kompas